PS

I'm a VIP

Senin, 20 Februari 2012

Senandung Hujan



Udah hampir setahun aku jadi siswi SMA. Awalnya ku kira, aku akan jadi anak kuper disini Cuma karena jarak sekolah ku yang jauh banget dari rumah. Tapi semenjak di calonin jadi ketua Osis, aku jadi banyak di kenal orang bahkan dekat sama kakak kelas. Nggak nyangka juga, aku yang di bilang anak pelosok, bisa dekat sama banyak kakak kelas.
Tapi kali ini rasanya berbeda, awal aku ngeliat dia, aku benar-benar biasa ajah. Tapi setelah aku tahu seluk beluk tentang dia, aku jadi suka banget sama dia. Tapi sayang aku nggak berani buat ngomongin perasaanku. Namanya Dimas. Kakak kelasku yang tampan dan banyak banget cewek yang ngantri buat dia. Tapi buat ku, dekat sama dia ajah udah buat aku senang.
***
“kak, jadi nggak kita jalan-jalan keliling Bekasi??” tanyaku penuh semangat, usai rapat Osis dadakan yang di adakan di tengah indahnya liburan Ujian Nasional.
“oke deh, tapi tunggu sebentar yah, aku mau ngurusin proposal. Bentar ajah!! Oke.” Pintanya.
“yaudah. Nggak pake lama yah kak!!”
Selang waktu 30 menit, akhirnya kak Dimas datang dengan sebuah proposal di tangan kanannya, dan tangan kirinya bersiap-siap unruk menyeretku keluar ruangan menuju parkiran motor. Tanpa banyak bicara aku ngikutin dia sampai parkiran. Sampai di depan motornya yang keren abis, aku langsung naik ajah tanpa dia minta.
Di perjalanan, kita bercanda-bercanda. Nggak ada rasa canggung sama sekali. Walaupun nggak canggung, tapi tetap ajah jantung-ku berdegup kayak mau copot.
Sampai di tengah jalan, tiba-tiba. . .
“yah, Ujan Nis!!” pekiknya.
“eh. . .iah ni!!” jawabku setengah kaget sambil menadahkan telapak tangan ke atas kepala, hingga terasa setitik air.
“mau neduh nggak?? Udah mulai deres ni??” tambahku panik ketika hujan mulai turun deras.
“nggak usah deh!!  Dikit lagi nyampe kan??” tanyanya setengah berteriak karena kami di serang oleh hujan yang nggak bersahabat kali ini.
“yaudah. Tapi kakak nggak apa-apa ,kan?? Maaf yah, udah ngerepotin kakak!”
“nggak apa-apa,”
Di terjangnya hujan deras oleh kak Dimas. Di belakang, aku duduk menggigil sambil mencengkram baju kak Dimas yang kuyub oleh hujan. Ku rasakan tubuh kak Dimas menggigil. Saat-saat ini benar-benar membuat jantungku hampir copot.
Sampai di depan kompleks rumah, aku turun  dan berdiri menunggu kak Dimas memutarkan motornya dan ku lihat senyumannya yang paling manis yang pernah aku lihat sambil melambai kaku karena terpesona. Sekilas di balik hujan, aku lihat kak Dimas balik melambai. Setelah kak Dimas menghilang, aku tersenyum lebar.
***
Hari ini kembali masuk sekolah setelah libur kemarin. Di kantin sekolah, aku ngobrol dengan teman-teman sekelas yang juga lagi asyik makan pas jam istirahat.
“hayo!! Bengong ajah lo!” goda Irene yang tiba-tiba datang dan membuyarkan lamunanku .
“tau lo Nis!! Ntar kesambet ajah!” celetuk Mimi. Aku Cuma senyum mesem-mesem sendiri.
Di depan ku, ku lihat Nanda meletakkan jari telunjuknya ke dahinya. Aku melotot melihat dia dan semuanya tertawa melihat kelakuanku.
Coba semuanya tahu apa yang aku rasakan. Huft. . kak Dimas, coba ajah aku berani ngomong sama kakak, kalau aku suka sama kakak. Aku pengen buat Mimi, Irene, dan Nanda memandangku iri saat kakak gandeng tangan aku nanti. Lamunku.
Tiba-tiba kak Dimas datang dengan senyum menawan dan wajah tampannya. Gue Cuma duduk mematung dan tersenyum grogi.
“Nis, ntar anterin kakak buat cari kado yah!!” pintanya riang.
Aku Cuma mengangguk pelan.
“nanti aku tunggu di parkiran pas pulang sekolah,” janjinya.
Dan otomatis aku Cuma mengangguk sekali dan kak Dimas langsung berlalu meninggalkan kantin. Terdengar suara sorak ledekan dari teman-temanku. Tapi aku Cuma bisa mesem-mesem sendiri dan kembali terlarut dalam lamunan.
Sisa pelajaran hari ini aku habiskan untuk melamun. Kenapa yah kak Dimas minta di anterin sama aku?? Jangan-jangan dia mau nembak aku! Asyik. Apa dia mau ngasih aku kado buat tanda jadian kita??. Saking enaknya melamun tiba-tiba. . .
-BRUK-
“aduuh….” Pekikku yang tahu-tahu sudah berada di bawah meja. Dan terdengar suara tawa dari teman-teman sekelasku yang ngeledek.
“makanya jangan melamun mulu!!” canda Irene yang duduk di sebelahku.
***
Tepat pukul 12.30 bel berbunyi, dan aku berjalan santai ke parkiran sekolah. dari jauh udah terlihat kak Dimas yang sedang asyik memainkan helmnya. Seketika itu juga hatiku langsung berbunga-bunga, sekaligus deg-degan dan penasaran apa sebenarnya maksud kak Dimas ngajak aku ke toko kado hari ini.
“Let’s go!” ceplos kak Dimas setelah aku duduk di jok belakang sepeda motornya.
Sampai di pelataran parkir mal, aku langsung merapihkan tatanan seragamku yang acak-acakan. Dengan senyum sumringah, kak Dimas menarik tanganku dan langsung berjalan masuk kedalam mall dan mencari toko kado yang semua temboknya berwarna pink.
-deg –
Awalnya ku kira dia ingin mencari barang-barang cowok, ternyata. Apa jangan-jangan beneran yah dia mau nembak aku?? Ya Tuhan. Akhirnya dia bakal ngungkapin perasaannya.
“Nis, kira-kira kado yang cocok apa yah??” Tanya kak Dimas.
Sesaat aku melihat boneka bugs bunny yang lucu dan tanpa fikir panjang, aku mengambil boneka tersebut dan ..
“yang ini ajah kak!! Lucu bonekanya,”
“oh.. pas banget! Dia emang suka sama bugs bunny,” jawabnya sambil mengambil boneka yang semula ada di genggamanku. Dan hatiku saat ini benar-benar mau meledak. Untuk meyakinkannya, dengan iseng aku bertanya,
“emang buat siapa sih kak??”
“oh, ini buat Maria,”
-Deg-
Tiba-tiba rasanya jantungku copot beneran dan dadaku terasa sesak bukan main. Bahkan mataku berkaca-kaca. aku menarik nafas panjang setelah melihat kak Dimas berjalan menuju kasir.
Ahk, sial. Ternyata dia nggak pernah ada perasaan sama aku. Ingin sekali rasaya teriak “Anisa bodohh!!!”
Setelah itu kak Dimas menghampiriku dengan keadaan yang hancur berkeping-keping. Dan memberikan aku sebuah saputangan bergambar bugs bunny.
“ini buat kamu. Upah nemenin kakak nyari kado. Doain kakak yah Nis. Nanti, kalau udah jadian, Anis kakak teraktir makan di Solaria,” ucapnya panjang lebar. Aku hanya mengangguk dan tersenyum agak tertahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar