Udah hampir setahun aku jadi
siswi SMA. Awalnya ku kira, aku akan jadi anak kuper disini Cuma karena jarak
sekolah ku yang jauh banget dari rumah. Tapi semenjak di calonin jadi ketua
Osis, aku jadi banyak di kenal orang bahkan dekat sama kakak kelas. Nggak
nyangka juga, aku yang di bilang anak pelosok, bisa dekat sama banyak kakak
kelas.
Tapi kali ini rasanya berbeda,
awal aku ngeliat dia, aku benar-benar biasa ajah. Tapi setelah aku tahu seluk
beluk tentang dia, aku jadi suka banget sama dia. Tapi sayang aku nggak berani
buat ngomongin perasaanku. Namanya Dimas. Kakak kelasku yang tampan dan banyak
banget cewek yang ngantri buat dia. Tapi buat ku, dekat sama dia ajah udah buat
aku senang.
***
“kak, jadi nggak kita jalan-jalan
keliling Bekasi??” tanyaku penuh semangat, usai rapat Osis dadakan yang di
adakan di tengah indahnya liburan Ujian Nasional.
“oke deh, tapi tunggu sebentar
yah, aku mau ngurusin proposal. Bentar ajah!! Oke.” Pintanya.
“yaudah. Nggak pake lama yah
kak!!”
Selang waktu 30 menit, akhirnya
kak Dimas datang dengan sebuah proposal di tangan kanannya, dan tangan kirinya
bersiap-siap unruk menyeretku keluar ruangan menuju parkiran motor. Tanpa
banyak bicara aku ngikutin dia sampai parkiran. Sampai di depan motornya yang
keren abis, aku langsung naik ajah tanpa dia minta.
Di perjalanan, kita
bercanda-bercanda. Nggak ada rasa canggung sama sekali. Walaupun nggak
canggung, tapi tetap ajah jantung-ku berdegup kayak mau copot.
Sampai di tengah jalan,
tiba-tiba. . .
“yah, Ujan Nis!!” pekiknya.
“eh. . .iah ni!!” jawabku
setengah kaget sambil menadahkan telapak tangan ke atas kepala, hingga terasa
setitik air.
“mau neduh nggak?? Udah mulai
deres ni??” tambahku panik ketika hujan mulai turun deras.
“nggak usah deh!! Dikit lagi nyampe kan??” tanyanya setengah
berteriak karena kami di serang oleh hujan yang nggak bersahabat kali ini.
“yaudah. Tapi kakak nggak apa-apa
,kan?? Maaf yah, udah ngerepotin kakak!”
“nggak apa-apa,”
Di terjangnya hujan deras oleh
kak Dimas. Di belakang, aku duduk menggigil sambil mencengkram baju kak Dimas
yang kuyub oleh hujan. Ku rasakan tubuh kak Dimas menggigil. Saat-saat ini
benar-benar membuat jantungku hampir copot.
Sampai di depan kompleks rumah,
aku turun dan berdiri menunggu kak Dimas
memutarkan motornya dan ku lihat senyumannya yang paling manis yang pernah aku
lihat sambil melambai kaku karena terpesona. Sekilas di balik hujan, aku lihat
kak Dimas balik melambai. Setelah kak Dimas menghilang, aku tersenyum lebar.
***
Hari ini kembali masuk sekolah
setelah libur kemarin. Di kantin sekolah, aku ngobrol dengan teman-teman
sekelas yang juga lagi asyik makan pas jam istirahat.
“hayo!! Bengong ajah lo!” goda
Irene yang tiba-tiba datang dan membuyarkan lamunanku .
“tau lo Nis!! Ntar kesambet ajah!”
celetuk Mimi. Aku Cuma senyum mesem-mesem sendiri.
Di depan ku, ku lihat Nanda
meletakkan jari telunjuknya ke dahinya. Aku melotot melihat dia dan semuanya
tertawa melihat kelakuanku.
Coba semuanya tahu apa yang aku
rasakan. Huft. . kak Dimas, coba ajah aku berani ngomong sama kakak, kalau aku
suka sama kakak. Aku pengen buat Mimi, Irene, dan Nanda memandangku iri saat
kakak gandeng tangan aku nanti. Lamunku.
Tiba-tiba kak Dimas datang dengan
senyum menawan dan wajah tampannya. Gue Cuma duduk mematung dan tersenyum
grogi.
“Nis, ntar anterin kakak buat
cari kado yah!!” pintanya riang.
Aku Cuma mengangguk pelan.
“nanti aku tunggu di parkiran pas
pulang sekolah,” janjinya.
Dan otomatis aku Cuma mengangguk
sekali dan kak Dimas langsung berlalu meninggalkan kantin. Terdengar suara
sorak ledekan dari teman-temanku. Tapi aku Cuma bisa mesem-mesem sendiri dan
kembali terlarut dalam lamunan.
Sisa pelajaran hari ini aku
habiskan untuk melamun. Kenapa yah kak Dimas minta di anterin sama aku??
Jangan-jangan dia mau nembak aku! Asyik. Apa dia mau ngasih aku kado buat tanda
jadian kita??. Saking enaknya melamun tiba-tiba. . .
-BRUK-
“aduuh….” Pekikku yang tahu-tahu
sudah berada di bawah meja. Dan terdengar suara tawa dari teman-teman sekelasku
yang ngeledek.
“makanya jangan melamun mulu!!”
canda Irene yang duduk di sebelahku.
***
Tepat pukul 12.30 bel berbunyi,
dan aku berjalan santai ke parkiran sekolah. dari jauh udah terlihat kak Dimas
yang sedang asyik memainkan helmnya. Seketika itu juga hatiku langsung
berbunga-bunga, sekaligus deg-degan dan penasaran apa sebenarnya maksud kak
Dimas ngajak aku ke toko kado hari ini.
“Let’s go!” ceplos kak Dimas
setelah aku duduk di jok belakang sepeda motornya.
Sampai di pelataran parkir mal,
aku langsung merapihkan tatanan seragamku yang acak-acakan. Dengan senyum
sumringah, kak Dimas menarik tanganku dan langsung berjalan masuk kedalam mall
dan mencari toko kado yang semua temboknya berwarna pink.
-deg –
Awalnya ku kira dia ingin mencari
barang-barang cowok, ternyata. Apa jangan-jangan beneran yah dia mau nembak
aku?? Ya Tuhan. Akhirnya dia bakal ngungkapin perasaannya.
“Nis, kira-kira kado yang cocok
apa yah??” Tanya kak Dimas.
Sesaat aku melihat boneka bugs
bunny yang lucu dan tanpa fikir panjang, aku mengambil boneka tersebut dan ..
“yang ini ajah kak!! Lucu
bonekanya,”
“oh.. pas banget! Dia emang suka
sama bugs bunny,” jawabnya sambil mengambil boneka yang semula ada di
genggamanku. Dan hatiku saat ini benar-benar mau meledak. Untuk meyakinkannya,
dengan iseng aku bertanya,
“emang buat siapa sih kak??”
“oh, ini buat Maria,”
-Deg-
Tiba-tiba rasanya jantungku copot
beneran dan dadaku terasa sesak bukan main. Bahkan mataku berkaca-kaca. aku
menarik nafas panjang setelah melihat kak Dimas berjalan menuju kasir.
Ahk, sial. Ternyata dia nggak
pernah ada perasaan sama aku. Ingin sekali rasaya teriak “Anisa bodohh!!!”
Setelah itu kak Dimas
menghampiriku dengan keadaan yang hancur berkeping-keping. Dan memberikan aku
sebuah saputangan bergambar bugs bunny.
“ini buat kamu. Upah nemenin
kakak nyari kado. Doain kakak yah Nis. Nanti, kalau udah jadian, Anis kakak
teraktir makan di Solaria,” ucapnya panjang lebar. Aku hanya mengangguk dan
tersenyum agak tertahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar